Cinta yang Terlalu Diam

Tahukah kau? Aku juga mencintaimu dan terasa perasaan ini sangat dalam untukmu. Namun kau pun diam saja tak melakukan apa-apa. Dan apakah kau kira aku akan menghampirimu dan menyatakannya? Aku takkan berbuat apa-apa. Sadarilah aku wanita.
"Li..." Panggilmu suatu ketika dan aku pun segera menoleh berharap kata darimu. Ya, memang ada kata darimu.
"Ini bukumu terjatuh," Katamu padaku sambil mengulurkan buku usang itu padaku. Aku segera menerimanya dan mengambil pembicaraan lain agar kau sedikit lama di depanku.
"Kau tahu ini buku apa?," Tanyaku padamu. Aku bisa melihat wajahmu yang kemerah-merahan itu. Kau menggeleng pelan.
"Ini diaryku, Rio..." Jawabku. "Ini..." Tiba-tiba kau memotong kalimatku.
"Iya... aku tahu tadi aku sempat mengintip. Dan aku sadar aku sebenarnya tak ingin tahu. Maaf, aku harus pergi." Kau bilang begitu dan berlalu dari hadapanku. Hancur hatiku kau buat dan aku ingin menangis. Kenapa tidak? Baru itu kali pertama kau menghampiri aku dan kau juga mengahncurkan harapku.

Ku buka diaryku itu dan ternyata berisi kumpulan ceritaku mengenai kekasihku dahulu. Ingin aku campakkan diary usang itu melayang jauh. Tapi apa? Takkan bisa juga membuatmu kembali padaku. Dari tatap matamu tadi baru aku sadari ternyata kau menyukai aku juga. Tapi kita berdua saling tak mengakui.
Aku ingin menangis. Hei! Tapi ini ada di keramaian. Aku akan malu nantinya dipandangi aneh begitu sama orang-orang yang lewat. Tapi bersyukur aku hari itu tiba-tiba hujan turun dan aku pun menangis bersama tetesan air hujan tanpa ada yang melihat kebodohan aku itu.
Berhari, berminggu, berbulan kita jalani tetap dengan diam. Sampai pada akhirnya kita lulus dari sekolahan dan akan menuju ke bangku perkuliahan. Yang menyakitkan bagiku, ternyata kau akan melanjutkan kuliah di tempat paling jauh dan jauh sekali. Kau tak mengatakan apapun sehingga aku harus mencari tahu dari teman sekelasmu. Dan aku tahu bahwa kau melihat aku menangis menyakitkan.
Ku pandangi langit biru terkahir di sekolah itu. Sesekali ku seka airmataku. Tiba-tiba ada langkah kaki mendekati bayangku dan ku toleh ternyata dirimu Rio. Ingin aku berlari menyambutmu dan memelukmu tapi apa daya kau bukan milikku.
Kau berdiri 5 meter dariku dan memandangi aku dengan tatap kasihan. Hei? Tidak bisakah kau mendekat ke aku sedikit lagi? Jarak kita terlalu renggang.
"Hai..." Sapamu pelan. "Kok nangis?" Tanyamu bodoh.
Aku pun hanya menunduk. Dan kau tiba-tiba melangkah mendekat membuat aku terkejut. Ya, Tuhan? Apa ini keajaiban dunia keseratus kali?
"Maaf..." Katamu pelan.
"Apa?" Aku tak mengerti maksud perkataanmu
"Maaf, karena ini sudah terlalu lama." Katamu aneh.
"Maksudmu?"
"Kesakitan yang kau rasa sudah terlalu lama."
Aku terdiam dan sepertinya aku tahu bahwa percakapan ini mau dibawa kemana. Aku hanya menunggu pilihan nasib yang akan menyapa. Bahagiakah? Atau malah akan lebih menyiksa lagi?
"Aku pun merasakan sakit yang sama. Aku yang bodoh tak mau berkata apa-apa," Katamu tanpa aku mau menyahutnya, ku biarkan saja semua.
"Li... Mari kita pasrahkan hubungan yang tak akan pernah terjalin lagi." Katamu pelan.
"Aku tahu..." Aku mencoba tersenyum walau pahit yang aku rasa tepat di dalam hatiku. Aku berjalan meninggalkan dirimu sendiri. Aku tahu hal yang aku lakukan itu tidak akan menjamin akan tersudahinya perih ini. Tapi apa lagi yang akan bisa aku lakukan? Jika aku tetap begini dalam hatimu?
Sebelum aku benar-benar meninggalkan sekolah aku menoleh kembali. Sekolah tempat cinta kita yang terlalu diam. Lapangan basket, disaat aku terkena hantaman bola itu dan kau menolong aku sekenanya saja. Kantin, tempat aku selalu memandangi bayangmu dan begitu juga kau karna aku baru tahu sekarang ternyata antara kau dan aku sama-sama suka hanya saja kau mendiamkan aku berharap aku yang memulai dan ternyata aku tidak memulainya sama sekali. Perpustakaan tempat kita saling berpapasan dan aromamu selalu terhempas pada aku.
Sungguh aku tidak akan pernah melupakan kediaman kita itu. Walau itu tidak bisa dikatakan sesuatu yang hebat namun itu romantis menurutku.
Rio... Ijinkan aku menyudahi perih ini walau tak mungkin. Aku harap bayangmu segera tergantikan. Selamat tinggal kenangan terdiamku. Aku akan mengingatmu bila takdir kembali menyapa....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Someone hurts me

KumCer Uli: "Semua Tentang Goresan Cinta"

Gadis Yang Tak Ku Tahu Namanya